Kritikan itu pahit. Maka kadang ada orang yang tidak mau dikritik. Sikap takut dan tidak mau dikritik ini menunjukkan sikap kurang percaya diri. Mereka yang tidak mau dikritik itu menunjukkan sikap tidak ingin maju. Sebab kita ini mengetahui kekurangan orang lain. Sedangkan orang lain lebih mengetahui kekurangan kita. Maka seharusnya kita berterima kasih kalau kekurangan kita ditunjukkan oleh orang lain.
Obat itu memang pahit, namun setelah minum obat Insyaa Allah akan sehat. Demikian halnya dengan kritikan yang memang menyakitkan. Namun di balik kritikan itu diharapkan ada perbaikan.
Khalifah Abu Bakkar Ashshidiqi r.a. adalah salah seorang sahabat yang sangat dekan dengan Rasulullah Saw itu telah menunjukkan sikap terbuka atas kritikan. Sesaat setelah Rasulullah Saw berpuang ke Rahmatullah, beberapa tokoh sahabat saat itu bermusyawarah untuk memilih seorang pemimin/khalifah sebagai pengganti dan pelanjut kepemimpinan Rasulullah Saw. Pada saat itu, Umar bin Khattab r.a. mengajukan usul agar Abu Bakar Ashshidiqi r.a. dipilih sebagai pemimpin/khalifah. Kemudian usul itu disetujui oleh para tokoh sahabat yang hadir saat itu. Sesaat setelah terpilih sebagai khalifah, Abu Bakkar Ashshidiqi r.a. secara singkat menyampaikan sambutannya :”Hai kaum muslimin, saya telah diangkat sebagai pemimpin kalian, tetapi aku bukan berarti sebagai orang terbaik diantara kalian. Maka jika saya benar, maka ikutilah dan bantulah aku. Namun bila aku salah, tolong diluruskan.
Ingatlah bahwa orang yang lemah diantara kalian akan menjadi kuat di sisiku, sehingga saya serahkan haknya kepadanya. Dan ingatlah bahwa orang yang kuat di antara kalian akan menjadi lemah di sisiku, sehingga saya ambil yang bukan haknya dari padanya. Taatilah aku selama aku mentaati Allah Swt dan RasulNYa. Dan bila aku tidak taat, maka tidak ada keharusan bagi kalian untuk mentaatiku:.
Dari sambutan yang disampaikan itu dapat dipahami bahwa selama kepemimpinan beliau terbuka untuk dikritik dan dievaluai. Beliau mengakui bukan orang yang terbaik, tetapi sebagai orang biasa yang memiliki kekurangan dan kelemehan.
Sikap terbuka dan siap menerima saran inipun juga ditunjukkan oleh Khalifah Umar bin Khattab r.a. Pada suatu hari, beliau naik mimbar dan berpidato antara lain menyatakan:”Apa yang akan tuan-tuan perbuat andaikata saja saya memalingkan kepada saya ke dunia (tidak lurus)”. Mendengar pidato itu, lalu muncullah seseorang diantara kerumunan kaum muslimin yang hadir saat itu.Laki-laki itu maju ke depan sambil mengacungkan tangannya bagaikan pedang terhunus dengan berkata:” Kalau begitu pedang Kamilah yang akan berbicara”. “Kapada sayakah kata-kata itu ditujukan” Sahut Umar bin Khattab r.a. “Memang andalah yang kami tuju dengan ucapan ini” kata laki-laki itu. Kemudian khalifah Umar pun mengatakan :” Semoga Allah merahmati , segala puji bagi Allah yang telah menyediakan orang-orang yang akan mengoreksi kesalahan saya”.
Perkataan itu bukanlah sekedar basa-basi. Umar bin Khattab r.a. adalah salah satu pemimpin yang tegas dan terbuka untuk menerima saran dan kritikan dari orang lain. Sebab disadari bahwa setiap orang itu memiliki kekurangan dan sekaligus kelebihan dari orang lain.
Yogyakarta, 13 Januari 2025
Lasa Hs
0 Komentar