Dendam bisa menimpa siapapun, baik dendam pribadi maupun dendam kelompok. Dendam politik kadang memunculkan fitnah dan berita palsu, yang bisa muncul di parlemen dan kalangan pemerintah. Sifat inilah yang sering menimbulkan permusuhan bahkan pertumpahan darah.
Dendam merupakan penyakit hati yang selalu menunggu waktu dan kesempatan untuk mencelakakan bahkan membinasakan pihak lain. Betapa banyak terjadi perkelaihan antar individu secara mendadak lantaran adanya dendam yang terpendam bertahun lamanya. Penduduk antar desa/kampung dapat saja tawuran karenya adanya dendam kelompok. Mereka membela kelompoknya yang merasa dihina kelompok lain. Semestinya cara bertindak seperti ini perlu direnungkan kembali. Sebab apabila saling dendam ini berkelanjutan, maka hidup ini hanya untuk bermusuhan satu dengn yang lain. Di satu sisi perlu disadari bahwa kita ini satu bangsa yang seharusnya saling menjaga ketenteraman dan bukannya malah menciptakan permusuhan. Para elit maupun public figure semestinya juga harus berhati-hati dalam membuat pernyataan. Jangan sampai membuat pernyataan yang sifanya balas dendam, mengancam, , dan menantang siapa saja yang tidak sependapat. Cara-cara ini tidak mendidik masyarakat.
Memang dalam hidup ini, manusia tidak lepas dari sifat-sifat negatif seperti buruk sangka dan dendam (hiqd). Dalam hal ini Rasulullah Saw mengingatkan dalam sabdanya:” Manusia itu tidak dapat lepas dari tiga hal, yakni buruk sangka,memandang sesuatu (kejadian) itu sebagai tanda sial, dan dengki. Untuk itu sebenarnya terdapat solusi yakni apabila kamu dihinggapi buruk sangka, maka janganlah diwujudkan. Apabila kamu menemukan sesuatu kejadian pada dirimu, maka jangan dianggap tanda sial. Dan bila kamu dihinggapi sakit dendam jangan dipraktekkan” (HR. Ibnu Abu Dunya).
Buruk sangka dapat menghinggapi rakyat dan pejabat. Bawahan kadang buruk sangka kepada atasan tentang penyalahgunaan fasilitas dan jabatan. Pimpinan puncak (top manager) bisa saja curiga kepada manajer menengah ini sangat dominan pada mereka yang berkecimpung dalam bidang tertentu seperti politik, peradilan, maupun hal-hal yang terkait dengan kekuasaan.
Kedengkian ibarat duri yang terdapat di dalam hati seseorang. Hatinya selalu sakit bila melihat keberhasilan orang lain. Terus menerus dalam kedengkian akan menjurus pada fitnah bahkan permusuhan berkepanjangan.
Dendam bisa memutuskan tali persaudaraan dan ikatan kebangsaan. Sebab dalam hal ini terdapat anggapan bahwa kelompoknyalah yang lebih bergengsi dan kelompok
lain dianggap rendah. Sedangkan kelompok yang dianggap rendah itu tidak menerima perlakuan sedemikian rupa, malah dianggap melanggar hak azasi manusia. Akibatnya adalah kelompok lain itu dianggap serba salah. Mereka menganggap kelompoknyalah yang selalu benar (wright or wrong is my community). Kalau sudah begitu, maka lepaslah tali persaudaraan yang telah lama diikat oleh ikatan kegamaan, ikatan kebangsaan, dan ikatan kemanusiaan
Dengki memang dilarang dalam Islam. Rasulullah Saw bersabda:”Ada tiga kelompok yang akan diampuni oleh Allah Swt yakni orang yang meninggal dunia dalam keadaan tidak musyrik, mereka yang meninggal dunia tidak pernah menjadi tukang sihir (penyantet) di masa hidupnya, dan orang yang tidak pernah dendam kepada orang lain: (HR. At Thbrani).
Dendam merupakan sikap yang dapat merusak pribadi seseorang dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak brutal. Orang yang tak tahu menahu ABCnya persoalan, bisa terseret oleh provokasi pendendam.
Untuk mencegah perilaku yang tidak terpuji ini, baiklah kita renungkan sabda Nabi Muhammad Saw yang artinya:” Seorang muslim itu sebagai saudara muslim yang lain, maka jangan saling menganiaya, saling merendahkan, dan saling menghina.Taqwa itu disini (Nabi Muhammad Saw mengisyaratkan dengan menunjuk ke dadanya) tiga kali. Sudah disebut/dicatat sebagai kejahatan apabila seseorang itu menghina saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan muslim yang lain itu haram (tidak halal) darahnya, kehoratannya, maupun hartanya”: (HR. Muslim).
Ketenteraman dan kedamaian masyarakat akan terusik bila muncul akktivitas yang dipicu oleh dendam ini. Dendam tidak akan menguntungkan kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Nologaten, 8 Januari 2025
Lasa Hs.,
0 Komentar