Kata “doa” dan kata jadiannya banyak terdapat dalam
Al-Qur’an yang memiliki arti memanggil, beribadah, memohon, percakapan, maupun
memuji. Do’a dalam hal ini berarti memohon kepada Allah Swt agar berkenan
mengabulkan sesuatu yang diharapkan seorang manusia sebagai hamba. Untuk itu
agar do’a terkabul, maka perlu dilakukan sepenuh hati dan sepenuh harapan. Oleh
karena itu dalam berdo’a sebaiknya
memahami bahasa yang digunakan dan memahami tata tertib, etika, dan syarat
berdo’a.
Do’a merupakan ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah
Swt dan tak perlu ada makelar dan boleh menggunakan bahasa apapun. Sebab Allah
Mahamengetahui kandungan hati dan keresahan pikiran manusia. Adapun do’a yang
penuh harapan adalah:
- Do’a yang disertai kehadiran hati
Berdo’a adalah memohon yang seharusnya dilakukan
dengan sepenuh hati dan bukan sekedar diucapkan dengan lisan. Seluruh perhatian
dan pemikiran, dan hati harus diikutsertakan dalam permohonan ini. Secara
lahiriah harus ada usaha untuk mewujudkan keinginan itu sesuai kekuatan,
kemampuan, dan dengan cara yang telah digariskan oleh agama. Dalam hal ini Nabi
Muhammad Saw menyatakan :”Berdo’alah kamu
sekalian kepada Allah dan yakinlah bahwa do’a itu akan dikabulkan. Sesunguhnya
Allah tidak akan menerima do’a dari hati yang lalai dan kosong (HR. At
Turmudzi)
- Bersungguh-sungguh
Tidak sedikit orang yang mengeluh bahwa do’anya belum
bahkan tidak dikabulkan. Namun kenyataannya, mereka itu tidak serius dalam
berdo’a. Mungkin do’a itu hanya dibaca seminggu sekali, sebulan sekali, bahkan
setahun sekali atau berdo’anya sambil lalu. Rasulullah Saw bersabda yang
artinya:”Apabila seseorang berdo’a
hendaklah membesarkan harapannya, sebab Allah tidak berkeberatan melakukan
sesuatupun” (HR. Muslim).
- Tidak mudah putus asa
Orang yang berdo’a itu adalah orang yang
berpengharapan dan harapan itu akan tercapai berkat bantuan pihak lain. Apakah
pihak lain itu akan segera membantu atau tidak, ternyata tidak dapat diprediksi
waktunya. Oleh karena itu orang yang berdo’a itu perlu sabar dan tidak mudah
putus asa andaikata do’anya belum dikabulkan. Dalam hal ini Rasulullah Muhammad
Saw bersabda yang artinya :”Janganlah
kamu sekalian berputus asa dalam berdo’a, karena seorangpun tidak akan binasa
karena do’anya” (HR. Hakim).
Orang yang putus asa itu ibarat orang yang mengaku kalah sebelum perang. Bila
demikian, lalu kapan mereka itu akan mendapatkan kemajuan dan kesuksesan. Hanya
orang-orang yang tekun, tabah, sabar, dan tidak mudah putus asalah yang akan
mendapatkan kemajuan dan keberhasilan.
- Berprasangka yang baik
Orang yang berdo’a itu dalam posisi lemah. Maka dalam
kondisi ini seharusnya mereka bersikap merendahkan diri, dan berprasangkka yang
baik (husnud dzan). Disamping itu
dalam berdo’a sebaiknya dengan merendahkan suara(tidak berteriak-teriak)
sekedar untuk didengar sendiri dan atau orang-orang sekitar tempat duduk kita.
Tak perlu berteriak-teriak seperti orang yang berlatih drama atau olah vokal.
Kebersihan hati seseorang akan mendorong
terealisisrnya harapan-harapan. Sebab kebaikan itu merupakan simpanan energi
positif. Energi ini akan kembali kepada pemiliknya pada saat-saat tertentu.
Oleh karena itu alangkah indahnya bila kita ini mampu berprasangka baik kepada
siapapun. Dalam hal ini Allah berfirman yang artiya: “Dan berbuat baiklah kamu sekalian kepada sesama sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu.Lagi pula janganlah menggunakan kesempatan padamu untuk
membuat kerusakan di muka bumi. Sebab Allah Swt tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan”. (Q.S. Al Qashasah: 77).
Mohon ampun dan berdo’a perlu memperhatikan tatacara
dan waktu agar do’a itu dikabulkan. Misalnya do’a orang puasa sebelum berbuka,
do’a antara adzan dan iqomat, do’a setelah meleksanakan shalat, maupun do’a di waktusepertiga akhir malam.
Waktu sepertiga malam bisa disebut juga waktu sahur
merupakan saat yang hening, sunyi senyap yang saat itu akan lebih khidmat dalam
bertasbih, istighfar, dan berdo’a. Saat itu seorang hamba berkesempatan
bersembah sujud, berdo’a, dan seolah-olah berdialog langsung kepada Sang
Pencipta. Saat itu seolah-olah tiada tabir yang mengahalanginya. Maka dalam hal
ini Rasulullah Muhammad Saw bersabda yang artinya:” Setiap malam Allah Swt turun ke langit dunia ketika tinggal sepertiga
malam yang terakhir, lalu Allah berfirman :”Barangsiapa yang berdo’a kepadaKu,
maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang minta kepadaKu, maka Aku akan
memberinya, dan siapa yang mohon ampun, maka Aku akan mengampuninya (Al
Hadits).
Sebenarnya kemuliaan waktu itu kembali pada mulianya
keadaan juga. Sebab waktu sahur itu adalah waktu jernihnya hati dan keadaan
serta pikiran kosong dari berbagai persoalan duniawiyah. Kiranya masih terdapat banyak tatacara dan
waktu berdo’a yang mustajab yang perlu
diperhatikan dalam berdo’a. Semoga Allah Sw megabulkan do’a-do’a kita. Aamiin,
Yaa Mujibas Saailin.
Lasa Hs
0 Komentar