Muhammadiyah telah melintasi berbagai era dan jaman. Tentunya dalam langkah dan geraknya telah menyimpan khazanah pengetahuan, tata nilai, maupun rumusan pola hidup bermuhammadiyah. Khazanah ini tak kering dikaji dan tak habis untuk didiskusikan. Masih saja bersumber meskipun berulang kali digali.
Pola dan pedoman hidup yang telah digariskan ini
diharapkan menjadi pedoman dan arah hidup warga Muhammadiyah. Melalui pedoman
ini diharapkan lahir pribadi yang sempurna, beraakhlakul karimah, dan
memberikan keteladanan dalam hidup.
Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah ini telah dirumuskan pada Muktamar Muhammadiyah ke-44 di Jakarta.
Pedoman ini memberikan tuntutan kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat,
berorganisasi, berbangsa, maupun berteknologi dan berpengatahuan.
Dalam akidah, warga Muhammadiyah dituntut untuk beribadah
hanya kepada Allah semata, menjauhkan diri dari syirk, tahayul. Dalam hal ini
warga Muhammadiyah diharapkan menjadi hamba Allah (‘abdullah) yang melaksanakan
hidup dan berkehidupan dengan sebenar-benarnya menjadi muslim, mukmin,
muttaqin, dan muhsin.
Dalam kehidupan mu’amalah
duniawi, warga Muhammadiyah diharapkan menyadari bahwa dirinya sebagai manusia,
hamba, dan khalifah fil ardhi. Dengan demikian diharapkan mampu bersikap aktif
dan psositif terhadap kehidupan dunia ini dengan tetap berlandaskan iman,
Islam, dan ihsan. Mereka diharapkan mau dan mampu berpikjir secara burhani,
bayani, dan ‘irfani. Disamping itu warga Muhammadiyah diharapkan memiliki etos
kerja yang tinggi, jujur, kerja ikhlas, kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas.
Dalam hal ibadah, warga Muhammadiyah diharapkan
melaksanakan ibadah dengan hati bersih, tekun, sabar, dan sesuai al Quran dan
Sunah Maqbullah. Dari sini diharapkan lahir manusia yang memancarkan pencerahan
dan menciptakan kedamaian dan kerukunan. Tentunya dalam hal ini harus dilandasi
iman yang kokoh, pengetahuan yang luas, dan kejernihan berpikir serta tidak
berpikir sesaat.
Dalam hal akhlak, warga Muhammadiyah dituntut untuk
meneladani akhlak Rasulullah Saw sehingga menjadi uswah hasanah bagi masyarakat
dan bangsa, bersifat shidiq amanah tabligh dan fathonah. Disamping itu harus
manjauhi sifat-sifat madzmumah/tercela seperti sombong, takabur, hasad, riya’, kikir
maupun israf/berlebihan.
0 Komentar