(5 Februari 1922 – 25 Januari 1991)
Pendiri HMI ini memperoleh pendidikan dasar dari Pesantren Muhammadiyah Sipirok (kini dilanjutkan menjadi Pesantren KH. Ahmad Dahlan) di Kampung Setia dekat Desa Parsominan Sipirok.Dari pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, beliau berulang kali pindah-pindah sekolah.Akhirnya beliau meneruskan sekolah di kleas 7 (tujuh) Muhammadiyah.Kemudian berlanjut ke Taman Dewasa Raya Jakarta sampai pecah Perang Dunia II.Saat itu ibukota RI pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Di kota pelajar inilah, Lafran Pane studi di Sekolah Tinggi Islam (kini Universitas Islam Indonesia/UII). Pada saat-saat kuliah inilah Lafran Pane mendapatkan wawasan yang luas tentang agama Islam.
Sebelum lulus dari Sekolah Tinggi Islam ini, Lafran
Pane pindah kuliah ke Akademi Ilmu
Politik (AIP) Universitas Gadjah Mada
pada tahun 1948. Kemudian perguruan tinggi ini dinegerikan pada tahun
1949.Lafran Pane tercatat sebagai lulusan pertama dan menjadi Sarjana Pertama
Ilmu Politik di Indonesia yang lulus 26 Januari 1953.
Pengabdian
Lafran Pane adalah putra Putra Pangurabaan Pane, salah
seorang pendiri Muhammadiyah di Sipirok pada tahun 1921.Sedangkan kakeknya
dalah seorang ulama terkenal bernama SyekhBadurrahman Pane. Maka Lafran Pane
telah memperoleh pendidikan agama dari keluarga sebelum memasuki usia sekolah.
Nama Lafran Pane memang tidak bisa
dipisahkan dengan Himpunan Mahasiswa Islam/HMI.Beliau telah menyumbangkan tenaga dan pikiran dalam
dunia pendidikan. Beliau dan kawan-kawan ( Karnoto Zarkasi, Dahlan Husein,
Maisaroh Hilal (cucu KH. Ahmad Dahlan) , Suwali, Yusdi Ghozali, Mansyur, Siti
Zainah, Muhammad Anwar, Hasan Basri, Zulkarnain, Tayeb Razak, Toha Mashudi, dan
Bidron Hadi) mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam/HMI pada tanggal 5 Februari
1947 di Yogyakarta. HMI ini didirikan dengan tujuan mempertahankan Negera
Republik Indonesia dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia.Juga untuk
menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.
Orgnisasi
mahasiswa Islam ini merupakan organisasi mahasiswa yang bersifat independen dan
tidak berafiliasi pada organisasi/partai Islam manapun.Organisasi yang telah
berhasil mengorbitkan alumninya ke kancah nasional dan internasional ini
bertujuan untuk menciptakan insan akademis dan pengabdi bernafaskan Islam dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah
Swt.
Adik Sanusi Pane dan Armijn Pane
(keduanya tokoh Sastrawan) ini pernah menjadi Direktur Kursus B I dan B II
Negeri Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Kementerian dan Kebudayaan.Lembaga
pendidikan ini dalam perkembangannya menjadi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Universitas Gadjah Mada.Perkembangan selanjutnya adalah bahwa Fakultas
Keguruan Ilmu Pendidikan UGM dan Institut Pendidikan Guru/IPG dilebur menjadi
Institut Keguruan & Ilmu Pendidikan/IKIP Yogyaarta dan kini telah
berkembang pesat menjadi Universitas Negeri Yogyakarta di Karangamalang
Yogyakarta.Beliau juga pernah menjadi dosen Fakultas Sosial dan Politik UGM,
Universitas Islam Indonesia, IAIN (kini UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan di
Akademi Tabligh Muhammadiyah.Akademi Tabligh Muhammadiyah ini dalam
perkembangannya menjadi Fakultas Ilmu Agama dan Dakwah/FIAD yang kini telah
berkembang penjadi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta/UMY.
Gelar
sebagai Guru Besar bidang Ilmu Tata Negara diperoleh dari berbagai prestasi
akademi dan ditetapkan dengan Keputusan Presiden tanggal 1 Desember 1966.Beliau mendapat anugerah
sebagai Pahlawan Nasional atas jasa-jasanya bersarkan Keputusan Presiden RI
Joko Widodo Nomor 115/TK/2017 tanggal 6 November 2017.
Karya-karya
Kary tulis dalam bentuk artikel antara lain: 1) Keadaan dan Kemungkinan Kebudayaan Islam di
Indonesia; 2) Wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR); 3) Kedudukan
Dekrit Presiden;4) Kedudukan Presiden; 5) Kedudukan Luar Biasa Presiden; 6)
Kedudukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP); 7) Tujuan Negara; 8) Kembali
ke Undang-Undang Dasar 1945; 9) Memurnikan Pelaksanaan Undang-Undang 1945. 10)
Perubahan Konstitusional
Lasa Hs.
0 Komentar