Dalam
beberapa buku peninggalan pendahulu kita telah banyak diwariskan nilai-nilai adiluhung
yang masih relevan dengan perkembangan jaman. Namun kadang kita lebih bangga
kalau menggunakan teori-teori dari asing. Lebih bergengsi katanya. Diantara
nasihat kepemimpinan itu dikemukakan oleh KGPAA Mangkunegara IV, yakni:
1. Nur wiradat/tanggung jawab
Seorang pemimpin harus bertanggung
jawab (amanah) yang diberikan. Dalam arti luas, hal ini berarti bahwa pemimpin itu
harus mau mengakui kekurangan maupun kesalahan dalam melaksanakan kepemimpinan.
Mereka tidak menyalahgunakan kekuasaan dan fasilitas sebagai pejabat tertentu.
2.
Sagawene/rajin dan kerja keras
Seorang pemimpin harus rajin, disiplin, dan mau bekerja keras.
Kepemimpinan bukan sekedar mencari popularitas dan gengsi. Kepemimpinan yang
baik adalah pengabdian dan ketulusan. Bukannya mumpung dan peluang pengerukan
kekayaan negara/daerah.
3.
Mbiyantu marang kemakmuran lan katentreman kawula/menciptakan ketenangan dan kedamaian masyarakat
Kepemimpinan harus mampu menciptakan dan menjaga ketenteraman,
ketenangan, dan kedamaian masyarakat. Bukannya menimbulkan konflik dan adudomba
masyarakat. Pemimpin yang baik selalu diharapkan kehadirannya. Sebaliknya,
pemimpin yang buruk akan ditolak dimana-mana. Tidak terpilih, meskipun berulang
kali mencalonkan diri.
4.
Ngowel ing kapitunan/hati-hati dalam bertindak
Pemimpin harus hati-hati dalam bertindak dan waspada atas bawah, kanan
kiri. Sebab tidak sedikit pemimpin yang jatuh gara-gara orang dekat atau
bawahannya. Sebab mereka sangat paham kekurangan atasannya itu. Dari modal ini,
mereka ingin kuasa dan menelanjangi kekuarangan atasannya. Kalau perlu justru
membuat fitnah/hoaks dimana-mana
5.
Melu rumeka pakewuh/membela negara
Pemimpin yang baik harus menjaga kehormatan bangsa dan menjaga kedaulatan
rakyat. Bukannya mereka yang mementingkan diri dan kelompoknya. Tidak seenaknya
sendiri.Tidak mau mengikuti tatanan dan aturan yang berlaku. Pemimpin-pemimpin yang korup itu justru
menggerogoti kekayaan dan menurunkan wibawa negara. .
Pada hakekatnya mereka merusak, meskipun selalu bilang sebagai pembela
negara dang bangsa. Demi kepentingan orang kecil, dan lainnya.
6.
Nyegah rusaking praja/tidak membuat
kerusakan
Pemimpin
sejati adalah mereka yang tidak membuat kerusakan sosial. Tidak mengacaukan
kehidupan sosial. Tidak merusak tatanan, tuntunan, dan tidak profokatif.Mereka harus mau
menegakkan amar ma’ruf nahi munkar secara
baik.
Pemahaman tentang karakteristik kepemimpinan ini sangat penting.Apalagi
kini masanya muncul calon-calon pemimpin. Pemahaman ini penting juga bagi calon
pemilih. Pemilih harus cermat dan teliti dalam memilih pemimpin. Kadang pemilih
itu menjatuhkan pilihan karena popularitas. Ternyata setelah terpilih,
kepemimpinannya mengecewakan misalnya.
Bersambung
Lasa
Hs
0 Komentar