Suicide : yes or no ?
Oleh : Yunda Sara (Pustakawan UMMagelang)
Bunuh diri, menjadi kata yang tidak
asing akhir-akhir ini. Muncul kasus-kasus bunuh diri di media yang tidak hanya
dilakukan oleh orang biasa namun publik figur pun ada yang melakukannya.
Alasannya hampir semua sama yaitu karena “depresi”, ada yang depresi karena
pekerjaan, depresi karena keuangan, depresi karena masalah hati,maupun depresi
karena gagal meraih sesuatu. Seolah-olah bunuh diri dan depresi seperti dua
sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
Orang yang mengalami gangguan
depresi memang berkemungkinan besar bisa melakukan bunuh diri. Namun sebenarnya
ada banyak pilihan yang bisa diambil selain bunuh diri. “ Orang bunuh diri
sebenarnya tidak benar-benar ingin mengakhiri hidupnya, namun hanya ingin
mengakhiri rasa sakitnya”. Saya tidak
ingin fokus dengan penyebab depresinya akan tetapi fokus pada pilihan-pilihan
yang bisa diambil ketika mengalami depresi untuk meredam “rasa sakitnya”.
Di dalam Islam, ada sebuah pilihan yang bisa diambil yaitu “sabar”. Seperti dalam
surat Al Baqarah : 153
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ
مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai
orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. – (Q.S Al-Baqarah: 153)”
Ketika Rabb kita telah memberikan petunjuk
yang jelas bahwa jadikanlah salat dan sabar sebagai penolong, lantas kenapa mau
mengambil pilihan lain yang Allah tidak suka? Namun masalahnya apakah kita
paham dengan makna sabar itu sendiri. Jangan-jangan kita masih menganggap bahwa
sabar itu adalah sama dengan pasif, menyerah. Padahal tidak seperti itu.
Sabar
itu ada tiga macam yaitu sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat dan
sabar dalam menghadapi takdir . Sabar itu proaktif. Sebagai seorang muslim
alangkah akan indah ketika ada takdir yang tidak sesuai dengan apa yang kita
harapkan menghampiri kita, maka kita bersabar.
Dalam
sabar ketika menghadapi takdir,ada ikhtiar iman maksimal di dalamnya. Tindakan
atau ikhtiar yang memakai iman dapat kita praktekkan dengan cara pertama yaitu,
berkhusnudzon kepada Allah. Allah itu sesuai prasangka hambanya, jika prasangka
kita baik kepada Allah maka kebaikan pula yang hadir dalam diri kita, begitu
juga sebaliknya. Sesuai dengan hadist yang ada di dalam kitab Riyadhus Sholihin
berikut ini :
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai
persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia
mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia
mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih
baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih)
[HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]
Selain
itu hal yang bisa kita lakukan ketika menghadapi takdir yang tidak sesuai
dengan harapan kita adalah menjaga ucapan. Ucapan seorang muslim perlu dijaga
bahkan ketika sedang mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya,layaknya nabi
Yunus As. Ketika nabi Yunus berada dalam 3 kegelapan sekaligus tak pernah
sedikitpun terlontar dari mulutnya ucapan yang buruk justru nabi Yunus
berdzikir kepada Allah dengan dzikirnya yang begitu terkenal yaitu :
“Lailaha illa Anta subhanaka inni kuntu minadhdhalimin”
Artinya:
"Tidak ada Tuhan selain
Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang
zalim."
Sebab
lantaran dzikirnya tersebut maka Allah menyelamatkan nabi Yunus dari 3
kegelapan tersebut. Allah berfirman
“Dan (ingatlah
kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka
bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam
keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah
selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang
yang zalim.” Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari
pada kedukaan dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS.
Al Anbiya’: 87-88)
Ketiga, wujud rasa sabar kita adalah dengan tidak
berputus asa dari rahmat Allah. Tidak putus asa bisa dilakukan dengan cara
mengusahakan untuk miminta tolong kepada profesional bisa psikolog maupun
psikiater untuk membantu kita melewati masa-masa sulit ini. Berolahraga dan
memakan makanan bergizi pun juga disarankan untuk kita lakukan agar
meningkatkan produksi hormon bahagia seperti endrofin dan serotonin.
Jadi, sebenarnya bunuh diri bukanlah satu-satunya pilihan
ketika kamu sedang mengalami depresi maupun menghadapi masa tersulit dalam
hidupmu. Ada pilihan-pilihan lain yang bisa kamu ambil. Tetap semangat dan
yakin bahwa Allah itu tidak akan pernah mendzalimi hambanya.
By: Yunda SS
0 Komentar