Sekitar tahun 1970 an, Pak AR disertai
seorang mubaligh muda, ditugasi PP Muhammadiyah ke Purwodadi Grobogan, untuk
memberi pengajian di suatu ranting yang anggotanya kebanyakan terdiri dari kaum
dhu’afa. Tiba di ranting itu sudah maghrib.
Pak AR bersama temannya dipersilahkan
ke kamar untuk istirahat. Ternyata di kamar itu tidak ada tempat tidurnya,
hanya tikar dan dua bantal yang tersedia (tidak ada dipan dan tidak ada kasur).
Karena pengajian dimulai sekitar pukul 22.00 (10 malam), maka tuan rumah
mempersilahkan Pak AR untuk istirahat sebentar atau sekedar leyeh-leyeh. Kata tuan rumah :”Silahkan istirahat dulu, mohon maaf Pak AR,
tidak ada tempat tidurnya. Kami hanya bisa menyediakan tempat tidur (tikar
dan bantal) seadanya”. Jawab Pak AR
:”Tidak apa-apa, malah kebetulan” Tuan rumah bertanya :”Kebetulan bagaimana Pak ?. Pak AR menjawab :”Karena, kalau tidur di bawah
tidak akan jatuh”. Tentu saja tuan rumah itu hanya tersenyum-senyum sambil
berkata :”Matur nuwun”.
Ketika waktu makan malam tiba,
(sekitar pukul 20.00) Pak AR dan temannya dipersilakan untuk makan bersama.
Kata tuan rumah :”Mari Pak, makan
seadanya. Maaf lauknya cuma sayuran dan tempe, tidak ada daging”. Kata Pak
AR, :”Tidak apa-apa, malah kebetulan.
Kalau selalu makan daging dapat menyebabkan darah tinggi”.
Ketika minum, ternyata minumannya
tidak manis, sehingga tuan rumah pun minta maaf, karena minumannya tidak manis.
Pak AR pun menjawab :”Terima kasih, malah
kebetulan. Karena, kalau kebanyakan manis-manis dapat menyebabkan kencing
manis:.
Setelah memperhatikan
kejadian-kejadian itu, maka mubaligh muda yang menyertai Pak AR itu berkomentar
:”Pak AR, bepergian dengan Pak AR itu
enak, semuanya serba kebetulan”.
(sumber; Biograsfi Pak
AR; KH Abdur Rizaq Fachruddin – oleh Sukriyanto AR, 2017)
0 Komentar