Pada umumnya, orang kepingin hidup senang terus.
Rata-rata mereka itu tidak mau menderita. Namun , mereka sering lupa bila suka,
mengeluh bila menderita. Manusia kerap lupa bersyukur, abai membersihkan harta,
dan lalai menjaga kesehatan. Bila derita menimpa, mereka lupa salah dan dosa.
Hidup itu naik turun, kadang bahagia
dan kadang menderita. Ketika menderita, kadang begitu mudah menyalahkan pihak
lain. Sedangkan hidup manusia itu tidak lepas dari cobaan. Cobaan itu ada yang
menyenangkan dan ada yang menyusahkan.
Allah swt berfirman dalam Q.S.
Al-Baqarah: 155: ”Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang
sabar”.
Dari firman tersebut dapat
dipahami bahwa setelah manusia menerima coban, Allah swt menjanjikan berita
gembira bagi orang mukmin yang sabar. Bisa jadi setelah cobaan dan derita itu,
manusia menyadari salah dan dosanya. Kesalahan itu mungkin dalam ibadah mahdhah
seperti ibadah haji/umrah sekedar selfi-selfi. Mereka puasa hanya sekedar
gengsi. Mereka infak shadaqah sekedar kebanggaan misalnya. Bahkan suka pamer
kekayaan di kala musim penderitaan begini. Begitu pula, bila mereka
mendengar adzan, justru pura-pura tidak
mendengar, menyepelekan panggilan Allah swt. Mereka sibuk dengan kegiatan duniawi; rapat,
mengajar, bisnis., bahkan tidur.
Ketika manusia dirundung derita, sikap yang
ditunjukkan adalah merenung, melamun, diam, sedih, dan emosi tidak stabil.
Mereka justru kadang malas ibadah, malas bekerja, dan bisa putus atas.
Derita yang menimpa manusia
tentu memiliki nilai tersendiri. Hal ini tergantung apakah kita meyakini atau
tidak. Lebih dari itu, kita hanyalah manusia biasa yang memiliki keterbatasan
kemampuan akal dan usaha. Oleh karena itu sebagai seorang mukmin, perlu
meyakini kebenaran firman Allah swt bahwa:
1.
Apapun
yang diberikan Allah bukan berarti kebencian.
Kenikmatan dan kesusahan yang diberikan Allah kepada kita
bukan menunjukkan kebencian. Di balik penderitaan tentu ada kebaikan asal
manusia sabar dan mau menyadarinya.
Allah swt menegaskan hal ini dalam Al Quran S. Adh Dhuha: 3 – 5:”Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad)
dan tidak (pula) membencimu. Dan sungguh, di kemudian hari (waktu) akan lebih
baik bagi kamu dari permulaan. Dan sungguh kelak Tuhanmu pasti memberikan
karuniaNya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas”.
2.
Di balik kesulitan (penderitaan, kesusahan) tentu
ada kemudahan (kebaikan, nilai, hikmah). Hal ini ditegaskan Allah swt dalam
Q.S. Asy Syarh: 5 – 6:”Maka sesungguhnya
bersama kesulitan itu (tentu) ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu
(tentu) ada kemudahan”.
Hikmah di balik derita itu akan diketahui oleh
orang-orang diberikan hukmah kebijaksanaan, hatinya bersih, dan bersikap husnud
dzan.
Ibnul
Qayyim mengatakan :”Andaikata kita bisa
menggali hikmah yang terkandung dalam ciptaan Allah, maka tidak kurang dari
ribuah hikmah yang bisa diambil saripatinya. Namun akal manusia terbatas dan
pengetahuan kita terlalu sedikit. Ilmu semua makhluk di dunia ini bukan apa-apa
bila dibanding dengan ilmu Allah. Perbandingan itu ibarat lilin di bawah sinar
matahari di siang hari. Inipun masih sekedar perkiraan, Adapun keadaan
sebenarnya tentu saja lebih dari itu”.
Sungguh
mulia, bila kita menyadari bahwa di balik derita, kita perlu evalusai diri
tentang salah dan dosa kita. Kemudian meningkatkan ibadah mahdhah dan kesalehan
sosial kita. Dengan sabar, ikhlas, dan tawakkal menerima derita. Dengan terus
bangkit mencari solusi atas musibah yang menimpa. Janji Allah menunggu di ujung
segala usaha itu.
Lasa Hs
0 Komentar