Hubungan Jenderal Soeharto dengan para kiyai Muhammadiyah pun akrab.
Kalau berembug dengan kiyai Muhammadiyah ia dikenal rasional sekaligus
menampakkan rasa hormatnya. Ketika suatu hari Panitia Rehabilitasi Masyumi
mendatanginya, ia pun menyambut dengan baik. Kiyai Muhammadiyah yang membidangi
Lembaga Hikmah bersama tim, waktu itu menginginkan agar Partai Masyumi
direhabilitasi karena tidak pernah bersalah kepada Republik ini. Pak Harto
menolak permintaan, tetapi tidak asal menolak. Pak Harto bertanya:”Bapak-bapak,
sebenarnya apa yang ingin diperjuangkan oleh Bapak-bapak dari Muhammadiyah ini
?”. “Kami ingin ada suasana yang Islami dalam kehidupan berbangsa, bernegara,
dan bermasyarakat. Untuk itu perlu adanya tempat ibadah yang banyak sebagai
tempat untuk membina kehidupan Islam tersebut”. Jawan Kiyai Muhammadiyah.
‘Baik kalau begitu saya akan membuat
kebijakan membangun masjid dan mushala di stasiun, di terminal, di bandar
udara, di pelabuhan, di sekolah, di kampus, dan di kantor-kantor pemerintah”
Kata Pak Harto.
Mendengar jawaban itu para kiyai
Muhammadiyah pun lega. Dan antara para kiyai Muhammadiyah dan Pak Harto terus
terjalin silaturrahmi sehingga kalau ada masalah yang krusial dapat
diselesaikan dengan bijak. Termasuk masalah asas tunggal yang dapat
diselesaikan oleh Pak AR Fakhruddin dengan Pak Harti dengan sangat arif.
(Mustofa W. Hasyim)
(Sumber Suara Muhammadiyah, 1 – 15
Agustus 2015, edisi khusus Muktamar 47 di Makasar).
0 Komentar