Orang – orang yang kurang yakin adanya akhirat kadang berpendapat bahwa
hidup di dunia ini adalah segalanya. Mereka tak percaya bahwa di balik
kehidupan dunia ini nanti masih ada kehidupan lagi. Sukses tidaknya kehidupan
seseorang kadang diukur dalam kehidupan yang sesaat ini. Keberhasilan seseorang
sering diukur dengan pencapaian sesuatu yang dapat dilihat dengan mata kepala
seperti banyak hartanya, tingginya kedudukan/jabatan/pangkat, gelar akademik,
pendidikan anak-anak dan lainnya. Dengan pengejaran kesuksesan seperti ini,
tidak sedikit orang yang menempuh jalan pintas. Mereka tak segan-segan dan
tidak malu melanggar norma, etika, dan peraturan pemerintah, bahkan larangan
agama. Mereka tidak malu melakukan korupsi, plagiasi, kebohongan publik. Bahkan
sudah pakai seragam tahanan saja masih merasa bangga. Dengan perilaku ini berarti mereka seolah-olah
tidak meyakini adanya pengadilan akhirat. Seolah-olah semua itu berakhir di
dunia ini.
Dalam hidup ini, banyak orang yang lalai bahwa apa yang mereka kejar
siang malam itu hanya bernilai sementara. Dalam pengejaran ini kadang mereka
terdorong oleh hawa nafsu dan terjerumus pada pemikiran sesaat dan perilaku
yang memalukan. Saat-saat yang singkat di dunia ini akhirnya dihabiskan untuk
menebus akibat penurutan hawa nafsu. Kadang mereka menghabiskan sisa umurnya
hidup di penjara.
Hidup sekarang ini, manusia hanya menanti kedatangan petugs yang akan
menjemput manusia untuk pulang. Kampung halaman manusia yang sebenarnya bukan
di dunia ini. Disini hanya terminal dan mampir saja. Manusia akan diberi
kehidupan yang lebih abadi, jauh dari anak, isteri, dan tetangga. Cuma kapan datangnya jemputan itu,
manusia tidak tau. Maka perlu kita renungkan nasihat nenek moyang kita dalam
bahasa Jawa :”Wong sing ciloko iku yen
lali mulih. Sangune dudu rojo brono, ananging manembah mring kang Kuwoso lan
laku utomo. (orang yang celaka adalah mereka yang tidak menghiraukan lagi
bahwa dirinya akan pulang ke Ramhatullah. Bekalnya adalah ibadah kepada Allah
swt dan amal saleh).
Hidup memang sebuah pilihan. Di dunia yang fatamorganis ini orang bebas
menentukan untuk menjadi apa, menjadi siapa, dan bagaimana langkah-langkah yang
akan dilakukan. Cuma apa yang dikerjakan selama ini di panggung dunia ini harus
dipertanggungjawabkan terutama setelah kehidupan yang sementara ini.
(Lasa
Hs)
0 Komentar