ANIS, Muhammad Yunus (3
Mei 1903 – 14 April 1979) adalah putra Haji Muhammad Anis dan ibu Siti
Saudah binti H.Syu’aib. Haji Muhammad Anis adalah seorang Abdi Dalem Kraton
Ngayogyokarto dan masih keturunan dari raja Brawijaya V. Sejak kecil beliau telah mendapatkan pendidikan
Alquran dan akhlak dari orang tua dan datuknya sendiri
Putra Kauman Yogyakarta ini memeroleh pendidikan dari Sekolah Rakyat
Muhammadiyah Yogyakarta, lalu Sekolah Al Atas, dan Sekolah Al Irsyad di Jakarta
di bawah asuhan Syekh Ahmad Syurkati.
Muhammad Yunus Anis masuk persyarikatan Muhammadiyah tahun 1925.
Ketika belajar di Batavia (Jakarta)
beliau telah menjadi Pengurus Cabang Muhammadiyah Batavia (1924 – 1926) dan
merangkap Ketua Bagian Pustaka (sekarang Majelis Pustaka & Informasi).
Setelah itu, beliau bertugas sebagai anak panah Muhammadiyah ke berbagai daerah dan pernah
tinggal di Kudus dan Bondowoso.
Ketika beliau menjadi Sekretaris Pengurus Besar Muhammadiyah sering
keliling ke cabang dan ranting di Jawa dan luar Jawa. Pada saat bertugas sebagai guru Muhammadiyah di Alabio
Kalimantan Selatan, beliau sempat mendirikan sekolah yang diteruskan oleh Bakri
Sujak.
Kemudian ketika
beliau melaksanakan tugas-tugas persyarikatan di Sumatera bersamaan itu
pecah Perang Dunia II pada tahun 1939 – 1945. Hal ini juga memengaruhi
pelaksanaan program persyarikatan.
Beliau dikenal sebagai da’i yang komunikatif, humoris, dan menguasai materi. HM Yunus Anis telah ikut membesarkan
Muhammadiyah dengan perannya sebagai pengurus Cabang Muhammadiyah Cabang
Jakarta (Batavia). Selama beberapa kali kepengurusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, beliau dipercaya duduk dalam berbagai posisi kepemimpinan. Pada
masa kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo (1942 – 1953) , Yunus Anis dipercaya
sebagai Sekretaris. Ketika A.R. St. Mansur sebagai Ketua PP Muhammadiyah (1953
– 1959), Yunus Anis menjabat sebagai Sekretaris Jendral. Kemudian pada periode
1959 – 1962, beliau dipercaya sebagai Ketua dan K.H. Badawi sebagai Wakil Ketua
I . Pada kepemimpinan H.Ahmad Badawi sebagai Ketua (1962 – 1968) maka Yunus
Anis dipercaya sebagai Penasehat bersama H. Muchtar dan Sutan Mansur.
Yunus Anis memiliki andil besar dalam kelahiran Kepribadian Muhammadiyah.
Dalam pidato iftitah Muktamar Muhammadiyah ke 35 di Jakarta tahun 1962, beliau
menjelaskan tentang kedudukan dan sifat Muhammadiyah antara lain:
- Muhammadiyah adalah persyarikatan gerakan agama Islam yang memiliki
bidang kemasyarakatan;
- Muhammadiyah yang selalu amar ma’ruf nahi munkar untuk kebaikan
masyarakat seluruhnya;
- Muhammadiyah menghargai dan dapat bekerjasama dengan segala pihak,
organisasi dan partai apa saja namanya, yang menghargai dan memaklumi
cita-cita Muhammadiyah.
Semasa kepemimpinannya , beliau
telah mengorbitkan sejumlah nama wanita untuk
duduk dalam kepengurusan Muhammadiyah yakni; Prof. Baroroh Baried Ishom, Siti
Aminah Dahlan, Siti Zainab Damiri, Siti Badilah Zuber, dan Siti Aisyah Hilal.
Di tengah-tengah kesibukannya sebagai
tokoh Muhammadiyah dan Imam Tentara, beliau meluangkan waktu untuk menulis
buku. Diantara buku-buku yang ditulisnya adalah: 1) Kitab Shiyam; 2) Kitab Takbir (tulisan Arab); 3) Risalah Siti ‘Aisyah (berbahasa
Jawa berhuruf Arab/Pegon); 4) Risalah
Shalat Ied di Tanah Lapang; 5) Sejarah Maulid Nabi Muhammad s.a.w.6) Pelajaran Propaganda;
7) Pelajaran Administrasi Muhammadiyah; 8) Manasik Haji; 9) Riwayat Hidup H.
Ahmad Badawi; 10) Riwayat Hidup H. Fakhruddin; 11) Wanita Berbicara dengan
bahasa Alquran; 12) Riwayat Hidup Nyai Dahlan; 13) Bahasa Arab Sehari-hari
(Lasa Hs)
0 Komentar