Apa Kata Buya Hamka
Al Qur’an memberitakan apa yang telah
terjadi dan apa yang akan terjadi. Berita tentang apa yang akan terjadi yang
disampaikan Al Qur’an pasti terjadi. Beda dengan karya fiksi. Meski fiksi
meramalkan sesuatu yang akan terjadi, maka belum tentu terjadi. Sebab fiksi
hanya khayalan manusia saja. Maka makna kata “akan” dan kata “telah” itu jauh berbeda. Kalau telah berarti sudah ada bukti,
sedangkan akan hanyalah sekedar mimpi.
Kebenaran Al Qur’an diakui banyak
pihak, termasuk orang-orang Arab. Dalam hal ini buya Hamka menjelaskan :”Kalau
orang Arab yang empunya bahasa itu sendiri telah mengaku bahwa tidak ada
kesanggupan manusia menandinginya, usahkan mengatasinya, betapa lagi bangsa
yang lain, yang memakai bahasa lain?.
Sejarah dan perkembangan penilaian
terhadap Al Qur’an itu telah memberikan tiga kesimpulan tentang i’jaz. Yang pertama ialah keistimewaan yang telah dicapai oleh bangsa
Arab. Yang kedua ialah makna atau ma’ani-nya, yang hakiki, yang telah
terbukti bahwa puncak tertinggi yang manapun dari pikiran mereka tidaklah akan
sampai ke martabat makna Al Qur’an. Ketiga
ialah ajaran akhlaknya.
Sebab
itu, i’jaz ini telah menjadi salah
satu ilmu yang wajib diperhatikan juga ketika menafsirkan Al Qur’an.
Dan,
i’jaz Al Qur’an ini adalah berharap
seluruh manusia. Kalau bangsa Arab dengan bahasa Arab adalah bahasa yang tidak
mati, malahan bertambah berkembang dan berpengaruh di dalam abad kedua puluh
ini, dan orang-orang Arab sendiri, terutama sarjana-sarjana bahasanya, telah
mengakui kelemahan mereka, apatah lagi seluruh manusia. Dan memang Muhammad saw
. diutus kepada seluruh manusia di muka bumi ini (Q.S. Saba’: 28).
Dengan
secara ringkas dan pokok saja, kami hendak
memcoba mengemukakan empat i’jaz
Al Qur’an:
Pertama; fashahah
dan balaghah, amat tinggi derajat
kata dan maknanya, yang memesona pendengarnya, yang dimulai oleh orang Arab
yang empunya bahasa itu sendiri, yang lebih tahu apa susun, irama, gaya, dan
pengaruh ungkapan kata yang dapat menarik dan mempesona.
Susunan
Al Qur’am bukanlah susunan syair, dengan susun rangkai kata menurut suku kata
bilangan tertentu, dan bukan ia puisi, dan bukan ia prosa, dan bukan pula ia
sajak, tetapi ia berdiri sendiri melebihi syair, nashar, dan nazham, yang
belum pernah sebeumnya turun, orang Arab belum pernah mengenal seperti itu.
Demikianlah terpesona mereka itu, lebih terpesona pemuka-pemuka mereka sendiri,
sebgimana Abu Jahal, Abu Sofyan, al Walid bin al Mughirah, dan lain-lain.
Kedua; Al Qur’an banyak menceritakan berita tentang masa-masa telah
lalu; seperi berita tentang kaum ‘Ad, kaum Tsamud, kaum Luth, kaun Nuh, kaum Ibrahim,
kaum Musa, negeri Madyan, cerita tentang kesucian Maryan dan kelahiran Isa Al
Masih. Segala berita yang dibawanya itu benar dan semuanya bertepatan dengan
kenyataan yang benar dan banyak persesuaian dengan cerita Ahlul Kitab.
Ketiga; di dalam AlQur’an pernah diberitakan
pula hal-hal yang akan terjadi. Hal ini dapat disimak pada awal Q.S. Ar Rum
yang menyatakan bahwa pada mulanya orang Rum kalah perang dengan orang Persia.
Tetapi sesudah beberapa tahun kemudian, ternyata orang Rum menang kembali.
Ketika orang Rum kalah pada awalnya,
maka para musyrikin Quraisy bergembira ria. Sebab orang Persa (penyembah
berhala) dapat mengalahkan orang Rum (pemeluk Nasrani yang pada pokoknya
bertauhid, dekat dengan Islam). Namun turunnya ayat ini memberikan kepastian
kepada kaum Muslimin bahwa Rum akan menang kembali beberapa tahun kemudian (bidh’I sinina, yakni bilangan antara
tujuh sampai sembilan tahun). Saat itu, saking yakinnya atas kebenaran berita
dalam S.Ar Rum ini, Abu Bakar bertaruh dengan orang Quraisy beberapa ekor unta.
Beliau yakin bahwa orang Rum akan menang kembali. Maka benar bahwa beberapa
tahun kemudian orang Rum mampu mengalahkan orang Persia (ketika itu zaman
Mekah, belum ada larangan bertaruh). Maka diterimalah kemenangan taruhan itu.
Ke-empat; Dalam Al Qur’an
terdapat beberapa pokok ilmiah tentang alam. Sebagai contoh adalah disebutkan
dalam S. al Anbiyaa’: 30 (dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa
langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka
mengapa mereka tidak beriman ?).
Dibicarakan
pula dalam Al Qur’an tentang asal usul manusia sejak dari tanah, lalu menjadi
sperma (nutthfah), ‘alaqah, mudhghah, lalu berbentuk tulang yang kemudian tulang itu diselimuti
(dibungkus) dengan daging lalu menjadi manusia yang bernyawa. (Q.S. AL Mu’minun
12 -1 4).
Soal-soal
alam yang dibicarakan ini sangat mengagumkan karena bertambah dalam
penyelidikan manusia dalam berbagai macam ilmu pengetahuan alam, bertambah
jelas maksud ayat-ayat Al Qur’am itu. Padahal Nabi Muhammad saw buanlah seorang
ahli ilmu alam.
Dalam
Al Qur’an juga dibicarakan tentang ombak, laut, kapal berlayar, yang sangat
menarik para pelaut. Sehingga Mr.Brown seorang nakhoda kapal Inggris yang bolak
balik berlayar antara Inggris dan India selalu membaca terjemahan Al Qur’an.
Beliau sangat kagum apabila membaca
ayat-ayat yang membicarakan tentang laut, kapal, dan bahtera. Beliau
pernah bertanya kepada orang-orang Islam di India, pernahkah Nabi Muhammad saw berlayar
?. Merekapun menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw belum pernah berlayar selam
hidupnya. Mendengar cerita ini dan ditambah pendalamannya tentang riwayat hidup
Rasulullah saw, dan yakin bahwa Al Qur’an itu wahyu yang mengandung kebenaran, maka nakhoda Inggris itu masuk Islam.
(Sumber
Tafsir Al Alzhar I; juz 1,2,3,)
Baca
juga Q.S. As Shaf: 8 :”Mereka akan memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut-mulut
(ucapan, cuitan, istagram, pernyataan) mereka, tetapi Allah tetap
menyempurnakan cahayaNya meskipun orang-orang kafir itu membencinya”.
Lasa
Hs.
0 Komentar