BERUBAH UNTUK KEMAJUAN
PERUBAHAN ITU DARI DIRI SENDIRI
Untuk
merubah sikap dan tindakan orang lain, masyarakat, atau perpustakaan perlu
dimulai dari perubahan diri. Kalau ingin merubah korupsi, tentunya dirinya
maupun kroninya/partainya tidak korupsi. Oleh karena itu hanya orang yang bisa
menjadi teladanlah yang akan bisa memengaruhi dan merubah pihak lain. Maka
bukti kepemimpinan inilah yang akan membawa perubahan, dan bukan sekedar janji.
Mereka
yang bisa menjadi panutan ini telah mampu menempa dirinya dalam mengatasi
berbagai persoalan dan penderitaan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Lukman
Al Hakim yang pernah kepada putranya :”Wahai anakku.Ketahuilah, apabila emas
itu ditempa / diuji dengan api, maka manusia itu diuji dengan bala (al Far,
2008: 37).
Mereka
yang mampu dan sukses memimpin menuju perubahan itu mengalami proses panjang.
Kesuksesan merupakan buah komitmen dan proses terus menerus untuk mencapai
suatu tujuan. Mereka itu ibarat besi
yang dibakar dan ditempa dengan berbagai penderitaan dan ternyata lolos dari
segala percobaan (difitnah, dipenjara, dicaci maki, kena nyinyir, dibulli
dll.). Maka mereka menjadi hebat.
Menjadi
orang hebat, tidak harus pintar secara akademik dan tidak harus memiliki
jabatan tertentu. Sebab kenyataan, bahwa justru kerusakan besar itu dilakukan oleh orang-orang yang pintar.
Korupsi milyaran rupiah itu dilakukan oleh orang pintar bukan oleh kuli
bangunan. Plagiasi dilakukan oleh ilmuwan, dan bukan oleh penggali kubur.
Orang
akan mampu merubah diri apabila memiliki visi (visioner), optimis, berani
menghadapi resiko, mampu membaca peluang, mengedepankan negoisasi, dan bekerja
profesional (kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas).
1.Visioner
Mereka yang berhasil
antara lain ditunjukkan dengan cara pandang terhadap suatu bidang yang
dipimpinnya. Mereka yang mampu memanda kehidupan (bidang, pekerjaan, dan
jabatan) dengan pandangan jauh ke depan/visioner adalah mereka yang berhasil.
Sebaliknya,
mereka yang memandang kehidupan tersebut dengan pandangan yang pendek, maka
mereka hanya akan memeroleh keberhasilan yang semu. Apabila kita memandang
kehidupan ini dengan pandangan jauh ke depan/visioner, maka tujuan jangka
pendek/dekat akan tercapai.
2.Optimis
Sikap optimis adalah sikap individu
yang berkeyakinan bahwa masalah yang dihadapi akan membawa keberhasilan,
manfaat, dan keberuntungan dalam arti luas. Optimisme merupakan energi yang
mampu mendorong manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
Para
orator dan penulis besar mampu mengubah dunia dengan kemampuan berkomunikasi
(lisan dan tulis). Mereka berani menghadapi resiko dan mampu memberikan solusi
lantaran optimisme yang mereka miliki jauh sebelum mereka dikenal orang.
Optimisme atau berpikir positif
(khusnudz dzan) merupakan formula atau sistem yang memandang segala sesuatu itu
dari baiknya saja, meskipun orang lain memandang buruk.
Orang
yang optimis selalu berharap bahwa semuanya berakhir baik. Mereka yang optimis
akan mencapai keberhasilan bahkan sebelum melakukan kegiatan. Mereka menang
(mengaaalahkan diri sendiri) sebelum perang (menghadapi tantangan).
Orang
yang optimis akan berpikir positif dan itu menjadi kunci sukses menghadapi stress.Mereka
itu akan mampu menghadapi situasi yang tidak menyenangkan dengan sikap positif
dan produktif.
Menurut Victor Frankl dalam Rafanani
(2017: 37) dinyatakan bahwa sikap optimis itu dapat dimunculkan dimana saja,
bahka dalam penderitaan sekalipun. Sebaliknya
mereka yang pesimis, hanya akan menjadi pecundang, selalu mengeluh,
menyalahkan pihak/orang lain, ngambek, dan mati sebelum perang. Mereka
beranggapan bahwa kemalangan dankegagalan itu sudah nasib dan sudah digariskan
dari sononya.
Optimisme akan menghasilkan energy
positif, tetapi pesimis akan menguras energy dengan membuang-buang yang
ada.Optimisme menuntuk ke depan, tetapi pesimis mendorong ke belakang, bahkan
jauh tertinggal/terbelakang dan akan menjadi orang-orang yang neoric (Rafanani,
2017: 17).
Bersambung
Lasa
Hs
0 Komentar