Pribadi yang sederhana, jujur, profesional, ikhlas, dan rendah hati itu
telah memberikan kontribusi besar kepada Persyarikatan Muhammadiyah. Kotribusi
yang monumental itu antara lain; pendirian , penyelamat, dan melambungkan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pembangunan Sportorium UMY (sebagai ajang
Muktamar satu Abad) dan persepakbolaan Muhammadiyah. Karir sebagai dosen dan
aktivitas Muhammadiyah telah menggoreskan tinta emas pemikiran dan langkah
pendidikan Muhammadiyah.
Kasus “Banyugeni” yang menimpa UMY dan mencederai dunia perguruan tinggi
itu, maka Pak Dasron Hamidlah sebagai penyelamat dunia pendidikan pada umumnya.
Dengan kepiawaian manajemen dan networknya,
dengan langkah pasti UMY bangkit kembali menjadi kampus yang Unggul Islami,
Muda Mendunia dan menjadi PTM papan atas dan termasuk PTS yang diperhitungkan.
Dasron Hamid yang dididik dan dibesarkan dalam keluarga Muhammadiyah dan
didewasakan dalam kancah perjuangan Muhammadiyah memang mewarisi beberapa sepak
terjang ayahandanya Abdul Hamid yang dalam bahasa Jawa disebut :” nunggak semi”. Apabila dulu Bapak Abdul Hamid pernah menjadi bendahara PP
Muhammadiyah, maka Pak Dasron pun pernah menjadi bendahara Persyarikatan.
Bapaknya dulu, berulang kali menjadi ketua panitia muktamar, maka Pak Dasronpun
menjadi Ketua Muktamar Muhammadiyah di Solo tahun 1985 sampai Muktamar
Muhammadiyah Satu Abad di UMY Yogyakarta tahun 2010. Namun satu hal yang tidak
diikuti, yakni dulu Bapak Abdul Hamid pernah aktif di Partai Masyumi sebagai
bentuk keterlibatan dalam politik praktis. Sedangkan Pak Dasron tidak terjun ke
dunia politik praktis. Bila ayahnya dulu pernah menjabat sebagai Ketua DPRD
DIY, maka Pak Dasron pernah menjadi utusan Daerah MPR RI.
Memang Pak Dasron di kala muda sering diiming-imingi jabatan politis
termasuk diajak Pak Amien Rais untuk memperkuat Partai Amanat Nasional/PAN.
Namun semua kesempatan dan iming-iming jabatan politik praktis itu tidak
direspon. Beliau memilih pengabdian berkhidmat di Muhammadiyah terutama dalam
pendidikan tinggi. Hal ini bukan berarti bahwa generasi muda Muhammadiyah tidak
berpolitik, tetapi juga harus melek politik. Namun dalam pandangannya bahwa
bila ada kader Persyarikatan terjun ke dunia politik praktis hendaknya
berpolitik ala Muhammadiyah. Yakni berpolitik yang santun, jujur, bahkan
beradab, tidak memanfaatkan Muhammadiyah untuk kepentingan politiknya. Nanti
bila telah lepas dari jabatan politik praktis, maka harus melepaskan baju
politiknya bila ingin kembali ke Muhammadiyah.Bagi Pak Dasron, “pesan sakti” KH
Dahlan :Hidup-hidupi Muhammadiyah, dan jangan cari penghidupan di Muhammadiyah”
harus dimaknai secara cerdas.
Memamg dalam sejarah pendirian UMY, beliau bukan termasuk generasi awal.
Saat itu sebagai pendiri UMY awal terdiri dari tujuh orang sebagai Tim Tujuh yakni; Mustofa Kamal Pasha
(Allahu Yarham), Muhadi SH (AllahuYarham), Humam Zainal SH (Allahu Yarham),
Darwin Harsono (Allahu Yarham), Fahmi Muqoddas, Abdullah Effendi, dan Alfian
Darmawan.
Untuk mengenang itu, maka sampai kini masih ada
satu mobil UMY bernomor polisi AB 7017,
yang berarti 7 (tujuh) 0 (orang) 1 (satu) 7 (tujuan).
Namun demikian
keterlibatan Pak Dasron dengan UMY sangat intens, sehingga UMY identik dengan
Dasron Hamid. Beliau yang mengembangkan, mempromosikan, menyelamatkan , dan
melambungkan UMY dengan mencurahkan tenaga, waktu, pemikiran, dan material
secara ikhlas, Keunggulan ini didukung dengan rasionalitas, kebersamaan,
kesepahaman, kepemimpinan, dan “nguwongke
liyan”.
Pak Dasron yang menjabat Rektor UMY dua periode itu (2008 – 2010, 2010 2012) memang lihai dalam mempromosikan UMY
antara lain selalu mengundang (ngampirke)
orang penting yang ke Yogya untuk ceramah, dialog di UMY. Maka saat itu UMY
sering disebut sebagai Universitas Menteri Yogyakarta. Beberapa langkah yang
merupakan perjalanan mengembalikan citra dan melambungkan UMY dalam kinerja
nyata antara lain; meningkatkan animo dan calon mahasiswa baru, peningkatan
kualitas proses belajar mengajar, peningkatan kualitas dan kuantitas sumber
daya manusia, peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian dan pengabdian pada
masyarakat, peningkatan beasiswa & prestasi mahasiswa, kerjasama nasional
dan internasional, peningkatan perpustakaan dan peran humas, serta akreditasi
prodi
(Lasa Hs)
0 Komentar