Hampir semua orang kepingin sehat terus dan bila mungkin tak perlu sakit. Sakit bagiya
merupakan penderitaan yang menyiksa diri dan merepotkan sanak saudara. Baik sakit jasmani maupun rohani. Itulah keinginan manusia. Namun realita kehidupan tidak mesti demikian. Sebab yang namanya senang, susah, sehat, dan sakit itu merupakan pasangan.
Menghadapi sakt ini perlu kekuatan yang kokoh. Tanpa
benteng ini, bisa-bisa si penderita putus asa dan berlaku dhalim terhadap diri atau pada orang lain. Pendhaliman ini akan mengakibatkan kesengsaraan di dunia dan akhirat
nanti.
Sakit merupakan salah satu bentuk cobaan sejauh mana ketabahan seorang hamba dan seberapa kualitas iman seseorang. Apabila dia seorang mukmin yang baik, maka pasti akan sabar atas
penderitaan itu. Namun bila mereka itu tidak sabar,, maka patut dipertanyakan tingkat keimanan seseorang. Sebab seorang mukmin yang baik, akan beranggapan
bahwa apapun yang terjadi pada dirinya pasti ada hikmahnya. Bila mereka menerima cobaan, pasti sabar.
Namun bila menerima kegembiraan mereka akan bersyukur.
Menyikapi hal ini, baiklah kita renungkan dan pahami
firman AllahSWT yang menyatakan bahwa :”Aku pasti mencoba/menguji kamu sekalian
dengan ujian-ujian antara lain berupa kekhawatiran, kelaparan, berkurang harta
benda, jiwa, dan buah-buahan, Maka berilah kabar gembira bagi orang-orang yang
sabar. Yakni mereka yang apabila ditimpa musibah, lalu menyatakan bahwa kita
ini milik Allah dan swaktu-waktu pasti kembali pada Allah. Mereka itu akan mendapatkan shalawat dan rahmat dari Tuhan/Rabbnya dan mereka
itu adalah orang-orang yang mendaptkan petunjuk (Q.S.AlBaqaah: 155 157).
Rahasia di balik sakit
Semua peristiwa (termasuk penderitan) yang dialami manusia secara individu maupun kelompok tertentu memiliki nilai tersendiri.Mungkin nilai ini belum diketahui saat mengalami penderitaan. Hal ini disebabkan oleh keterbasan akal
manusia dan tumpulnya
mata hati manusia. Dalam hal ini Ibnul
Al Qayyim mengatakan:” Andaikata itu bisa menggali hikmah Allah yang terkandung
dalam ciptaanNYa, maka tak kurang dari ribuan hikmah yang bisa diambil
saripatinya. Namun akal manusia itu terbatas dan pengetahuan kita
terlalu sedikit. Ilmu semua
mahluk didunia ini bukan
apa-apa bila dibandingkan dengan ilmu Allah. Perbandingan ini ibarat lilin dibawah sinar matahari di siang
hari. Toh inipun sekedar mengira-ira. Adapun keadaan sebenarnya lebih dari itu
(Abdullah bin Al Juatsin, 1995). Dari paparan Ibnul A Qayyim ini dapat dipahami
bahwa terdapat banyak hikmah yang terkandung dari suatu penderitaan antara lain
berupa ampunan, peningkatan derajat, pembuka jalan ke surga, penyelamatan diri
dari siksa api neraka,dan agar manusia itu sadar atas kelalaianya.
Ampunan dosa
Sakit yang
diderita seseorang bisa berarti ada ampunan atas dosa-dosa yang dilakukan oleh
hati, pikiran, mulut, tangan, maupun kaki seseorang. Bisa juga diartikan bahwa
penderitaan itu merupakan bentuk hukuman atas kesalahan yang dilakukan oleh
seorang anak manusia. Oleh karena itu,manusia perlu mawas diri dan menyadari
atas kekeliruan dan kesalahan selama ini. Dalam hal ini, Rasulullah SAW
mengingatkan dalam salah satu sabdanya yang artinya:”Ketika seorang muslim
ditimpa penyakit, kesusahan, gangguan, kesediaan, sampai kena duri, maka Allah
akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahannya (H.R.Bukhari & Muslim). Dari
hadits ini dapat dipahami bahwa yang namanya sakit itu tidak hanya sakit
jasmani, tetapi juga sakit rohani. Sakit rohani itu antara lain; kesedihan,
hasad, takabur, dan lainnya.
Peningkatanderajat
Dalam
kehidupan seseorang terdapat keinginan untuk selalu ada peningkatan. Orang berusaha
untuk menggapai derajat, status, jabatan, kehormatan, dan kekuasaan. Dalam
usaha ini, tidak sedikit kendala yang menghadangnya. Apabila mereka berhasil
mengatasi duri dan onak ini, maka kemungkinan besar mereka itu mampu menggapai
keinginan tersebut. Perjuangan mengatasi rintangan inilah sebenarnya merupakan
ujian atas kemampuan seseorang.
Demikian
halnya dengan penderitaan yang dialami seseorang yang sebenarnya juga merupakan
ujian agar sabar dan tabah menerimanya. Maka Allah akan menaikan derajat orang
itu. Dalam hal ini, ‘Aisyah r.a. berkata “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW
bersabda :”Apabila seorang muslim tertusuk duri atau lebih dari itu, maka Allah
akan menetapkan/menaikkan derajat dan menghapus dosanya” (H.R. Muslim)
Pembuka jalan ke surga
Jalan menuju
pada keberhasilan memang penuh lika-liku, tanjakan, dan kanan kiri terdapat
jurang yang menganga. Jalan ke surga dirintangi duri, onak, belukar, dan
hal-hal lain yang tidak menyenangkan. Jalan ke surga memang membelenggu bahkan
menyiksa hawa nafsu. Sebaliknya, arah ke neraka sangat mudah diikuti dan menyenangkan hawa nafsu. Dalam hal ini
Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita dalam sabdanya :”Jalan ke surga itu
diliputi hal-hal yang tidak menyenangkan. Tetapi jalan ke neraka dilingkupi hal-hal
yang menyenangkan” (H.R.Bukhari dan Muslim).
Sakit merupakan
keadaan yang tidak menyenangkan siapapun dan ini merupakan sesuatu yang dibenci
oleh hawa nafsu. Sebab ketika sakit, aktivitas nafsu itu terganggu seperti
nafsu makan, nafsu tidur, nafsu memfitnah, nafsu dengki, dan lainnya. Oleh
karena itu apabila orang itu tabah dan sabar dalam menerima penderitaan, maka
Allah akan mengampuni dosanya dan membuka jalan menuju ke surga.
Keselamatan dari sksa api
neraka
Surga
dan neraka adalah sesuatu yang gaib. Informasi keberadaannya memang sulit
dilacak oleh otak manusia.Namun agamalah yang memberikan informasi lengkap atas
keberadaannya dan hal-hal yang terkait. Maka persoalannya tergantung pada
sejauh mana keteguhan iman seseorang kepada yang gaib ini.
Orang
yang sakit dan sabar atas penderitaan itu, Insya Allah akan dijauhkan dari
siksa api neraka. Suatu hari, Rasulullah SAW menjenguk seseorang yang sedang
sakit demam disertai Abu Hurairah. Setelah duduk sejenak beliau bersabda yang
artinya:” Bergembiralah,karena Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :” Inilah
neraka-Ku. Aku menganjurkannya menimpa hamba-Ku yang mukmin di dunia ini, agar
dia jauh dari siksa api neraka besok pada hari akhirat (Hadits ditahrij oleh
Ahmad, Ibnu Majah, dan Al Hakim dirwayatkan oleh Abu Hurairah).
Agar sadar atas kelalaiana.
Manusia sering
lalai dari tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah dan sebagai makhluk yang
dipercaya memegang kepemimpinan/khalifah di muka bumi ini. Kelalaian itu antara
lain tidak melaksanakan kewajiban, tidak memerhatikan yang lemah, korupsi,
bohong, dan lainnya.
Ketika manusia
sibuk dengan keduniaannya, kadang melupakan Tuhannya. Dalam keadaan begini,
syetan memanfaatkannya untuk menyeret ke kubangan syahwat dan kedurhakaan.
Apabila nanti Allah mencobanya dengan berbagai macam musibah atau penyakit,maka
mereka mungkin akan menyadari atas kekeliruan langkah mereka. Dalam hal ini
Allah mengingatkan manusia agar menyadari kelalaiannya dalam firmanNYa yang
berarti :”Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat yang
sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan
kemelaratan agar mereka memohon (kepada Allah) dengan tuduk dan penyerahan diri
(Q.S. Al An’am: 42)
Dengan penyakit
dan penderitaan yang menimpa seseorang, bisa menyadarkan seseorang bahwa dalam
hidup dan kehidupan ini menusia membutuhkan pertolongan Allah. Bila disadari
manusia, bahwa sepanjang hayat manusia sebenarnya tidak bisa lepas sedetikpun
dari nikmat Allah. Dalam hal ini Ibnu Taimiyah mengatakan :”Musibah yang
diterima karena Allah semata, itu lebih baik padamu daripada adanya nikmat yang
jutsru bisa melupakan diri pada Allah”.
Lasa Hs
Perpustakaan UMY
0 Komentar