Iman yang
ada pada manusia bisa tambah dan bisa kurang, bahkan sewaktu-waktu bisa lenyap
dari kita. Selama orang masih memiliki iman yang kuat, maka tidak mungkin orang
itu berbuat kerjahatan. Namun ketika iman hilang, maka terbuka peluang untuk
berbuat kejahatan. Oleh karena itu iman tidak saja dihadirkan pada saat shalat,
pengajian, umrah, dan lainnya. Tetapi perlu dibawa dalam kegiatan duniawi kalau
ingin selamat.
Kiranya
perlu direnungkan kembali kisah seorang budak dengan ‘Umar bin Khattab. Suatu
saat ‘Umar bin Khattab bertemu seorang penggembala kambing. Umar menghampiri
penggembala kambing itu seraya merayu agar mau menjual satu kambingnya kepada
Umar. Umar pun merayu lagi dengan mengatakan bahwa majikannya tidak
mengetahuinya. Lalu anak itupun menjawab:”Di mana Allah Swt”. Jawaban ini tak
terkira akan keluar dari mulut seorang budak. Mendengar jawaban yang tegas danb
lugas ini, Umar pun meneteskan air mata karena terharu dan trenyuh terhadap kekuatan iman seorang budak itu. Setelah termenung
sejenak, lalu beliau mencari majikannya dan membeli budak itu untuk dimerdekakannya.
Maka anak itupun bebas dan tidak lagi dijualbelikan.
Inilah
contoh pribadi orang kecil dan hina di mata masyarakat saat itu, namun mulia
karena memiliki iman yang kuat. Kita yang mungkin berstatus lebih tinggi dari
budak tersebut, belum tentu memiliki iman yang sekuat itu.
Iman yang
baik diharapkan mampu menyinari hati. Hati yang terang dan bersih akan
memengaruhi perbuatan seseorang. Untuk itu Imam Ghazali membagi hati menjadi 4
(empat) macam, yakni hati yang bersih, hati yang terbalik, hati yang tertutup,
dan hati yang campur aduk.
1. Hati yang bersih
Hati yang bersih adalah qalbun salim . Yakni hati yang tenang,
tenteram, dan sejahtera. Hati ini ibarat lampu yang mampu menerangi dirinya dan
orang lain. Orang yang memiliki hati yang bersih memang tindakannya bersih dan
jujur dan membawa ketenteraman pada pada lingkungan dan masyarakat secara
luas
2. Hati yang terbalik
Pemilik hati ini memang betul-betul
buta, tidak bisa melihat mana yag benar dan mana yag salah. Mereka tidak
mengetahui mana yang halal dan mana yang haram. Mata, telinga, dan hatinya
telah tertutp awan hitam sehingga apa yang dilihat, didengar, dan drrasakan
hatu itu serba hitam kelam.
3. Hati yang tertutup
Hati ini dibungkus dengan bungkus
yang manis dan sedap dipandang.Namun di dalamnya justru berbeda dengan luarnya.
Ibarat buah memang manis luarnya tetapi pahit rasanya. Orang-orang semacam ini
membahayakan masyarakat pada umumnya. Sebab mereka biasanya suka adu domba dan
cari muka.
4. Hati yang campur aduk
Mereka yang memiliki hati campur aduk
ini tidak memiliki keteguhan yang kuat. Ketika sekelilingnya baik, maka mereka
berusaha untuk menjadi baik. Tetapi apabila mereka itu bergabung dengan
lingkungan jahat, mereka menunjukkan sikap jahat pula. Mereka sangat mudah
tergoda terhadap hal-hal yang sangat sepele.
Lasa Hs
0 Komentar