Untuk mencapai kesuksesan, tidak harus
menjadi mahasiswa suatu perguruan tinggi terkenal. . Dengan pengembangan
kecerdasan emosi, orang juga bisa sukses dalam hidupnya. Maka untuk berhasil
tidak harus bergelar akademik (apalagi beli ijazah palsu), ber IP tinggi, atau
lulus suma cumlaude.
Sebenarnya tiap
orang mampu mencapai kebahagiaan dan
keberhasilan itu dipengaruhi oleh beberapa kecerdasan. Misalnya kecerdasan
intelektual, kecerdasan sosial,
kecerdasan religi, kecerdasan tubuh, kecerdasan majemuk , kecerdasan kreatif,
atau kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi ini merupakan teori yang dikemukakan
oleh Daniel Goleman yang ternyata mampu membuka mata masyarakat yang selama ini
terjebak pada kecerdasan intelektual/intellectual quotient/IQ.
Kecerdasan emosi atau emotional quotient/EI adalaah kemampuan
untuk membina hubungan dengan orang lain. Emosi itu sendiri sebenarnya
merupakan dorongan untuk bertindak sesuai rencana untuk mengatasi masalah.
Sedangkan bentuk emosi yang muncul
sering didasarkan pada suasana perasaan saat itu.
Banyak para ahli yang
mendefinisikan kecerdasan emosi dengan batasan yang berbeda. John Mayer
misalnya, seorang psikolog University of Hampshire menyatakan bahwa kecerdasan
emosi adalah kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan
emosi diri sendiri. Maka orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi akan mampu
mengembangkan diri antara lain dengan penyesuaian diri dengan keadaan saat itu
dan mampu mengambil manfaat untuk mengatur kekuatan diri. Apabila orang mampu
membawa diri pada komunitas yang lebih luas, maka akan semakin terbuka
kesempatan untuk pengembangan diri.
Lain halnya dengan pendapat Cooper dan
Sawaaf tetang kecerdasan emosi. Kedua orang pakar psikologi ini menyatakan
bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk merasakan, memahami, dan secara
efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber kekuatan dan pengaruh
yang manusiawi. Dalam hal ini dapat dipahami bahwa orang yang mampu mengelola
kecerdasan emosi akan mengembangkan potensi, energi, dan kekuatan diri untuk
mempengaruhi orang lain. Untuk itu diperlukan kepemilikan perasaan yang kuat
untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan orang lain dan mengatur perasaan
diri. Kemudian orang ini mampu menanggapi keadaan itu dengan cepat dan mampu
menerapkan energi emosi itu secara efektif dalam kehidupan sehari-hari.
Dari paparan di atas
dapat dipahami bahwa kecerdasan emosi itu merupakan kemampuan untuk mengenal,
mengelola, dan mengekspresikan diri dengan tepat. Oleh karena itu orang harus
mampu memotivasi diri, memahami orang lain, mengendalikan emosi diri, dan mampu
membina hubungan dengan orang lain.
Jenis-jenis
Emosi
Kata emosi memang erat dalam kehidupan
kita. Namun kadang kita sulit mendefiisikannya. Kita sering emosional berarti
sering mengikuti dan mengekpresikan apa yang kita rasakan saat itu. Gejala ini
merupakan respon terhadap keadaan dan sikap yang muncul saat itu. Maka dalam
menghadapi keadaan tertentu, orang bisa memunculkan rasa takut, tegang,
was-was, sedih, gembira, bingung, terkejut, dan cinta
Mengembangkan
Kecerdasan Emosi
Ada pendapat yang
mengatakan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dan mampu
mengembangkannya secara optimal, maka orang itu akan sukses dan bahagia. Sebab
dia itu selalu percaya terhadap potensi diri, mampu mengelola emosi, dan
mempunyai kesehatan mental yang baik.
Berangkat dari
pemahaman ini, maka kecerdasan emosi itu dapat dikembangkan secara optimal.
Dalam upaya pengembangan kecerdasan emosi ini, Salovey seorang pakar psikologi
memberikan gambaran tahapan pengembangan emosi ini. Tahapan-tahapan
pengembangan itu antara lain; mengenal emosi diri, mengelola emosi, memotivasi
diri, memahami emosi orang lain, membina
hubungan, dan mau mendengarkan orang lain.
Mengenal Emosi
Diri
Memahami perasaan diri ketika emosi sedang
bergejolak merupakan dasar kecerdasan emosi. Kita perlu memahami perkembangan
emosi diri dari waktu ke waktu terutama ketika terjadi keadaan yang sangat
sensitif. Keadaan ini misalnya ketika sedang menerima keadaan yang sangt
menyedihkan, menyenangkan, menegangkan, ketakutan, dan lainnya. Sebab pada
saat-saat seperti ini biasanya terjadi ledakan emosi yang luar biasa, dan
kadang sulit dikendalikan
Mengelola Emosi
Emosi yang dikelola
dengan baik akan menjadi kekuatan untuk memajukan diri. Sebaliknya, emosi yang
tidak diarahkan pada hal-hal yang positif, maka mungkin bisa mencelakakan diri
sendiri dan orang lain. Hal ini bisa terjadi karena emosinya tidak terkontrol
lagi.
Orang yang mampu
mengelola emosi berarti telah mampu menguasai diri dan orang lain itulah
sebenarnya yang disebut sebagai orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah bersabda
:”Orang kuat itu, bukanlah seorang petinju, tetapi mereka yang dikatakan kuat
adalah mereka yang mampu mengendalkan diri ketika marah’
Memotivasi Diri
Emosi merupakan salah
satu alat untuk mencapai tujuan diri Maka emosi ini perlu didorong terus
menerus untuk merealisir tujuan. Motivasi mempengaruhi kualitas kegiatan, maka
motivasi tinggi akan menghasilkan produk tinggi. Sebaliknya motivasi rendah
akan melahirkan produk yang kurang bermutu.
Memahami Orang
Lain
Eksistensi seseorang
akan diterima dengan baik dalam suatu komunitas apabila orang itu mampu
menunjukkan empatinya. Yakni bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Orang ini juga mampu memahami gejala emosi orang lain lalu mampu mengendalikan
emosi itu.
Dengan memahami emosi
orang lain inilah, maka seseorang dapat diterima dalam komunitas tertentu. Dari
sini mereka dapat mempengaruhi komunitas tertentu.
Membina Hubungan
Kecerdasan emosi akan
berkembang baik apabila ditunjang dengan kemampuan untuk menjalin hubungan
dengan individu maupun komunitas secara harmonis. Untuk itu diperlukan
kelincahan dan kelancaran komunikasi lisan maupun tulis. Dengan dua kemampuan
ini, orang semakin dikenal secara luas dan dari sini dapat dikembangkan
kemampuan diri.
Mau Mendengarkan
Orang Lain
Memang gampang-gampang
susah untuk menjadi pendengar yang baik. Artinya mungkin kita ini lebih gampang
menjadi pembicara (ngomongin orang lain) daripada mendengarkan omongan orang
lain. Padahal kita ini diberi dua daun telinga dan satu lubang mulut. Mestinya kita ini mampu menjadi
pendengar yang baik karena mempunyai alat perekam dua buah yakni dua daun
telinga. Kemudian mulut kita hanya satu yang tentunya harus lebih sedikti
bicara dan memperbanyak mendengarkan orang lain (bukan berati ngerumpi tentang
orang lain).
Kalau kita mau mendengarkan orang lain, berarti kita menghormati orang
lain. Disamping juga kita mendapatkan masukan dari orang lain itu.
Tidak sedikit orang yang mampu mencapai
karir puncak dengan mengembangkan kecerdasan emosi ini meskipun mereka tidak
memiliki IP atau NEM tinggi. Salah satu contoh adalah Bill Gates seorang super
milyader Amerika Serikat. Ia pemilik perusahaan perangkat lunak Microsoft. Dia
berhenti kuliah dari Havard Business School karena merasa tidak mendapat apa-apa selama kuliah.
Meskipun dia ini drop out dari
perguruan tinggi terkenal, toh beliau tercatat sebagai penyumbang nomor satu
untuk perguruan tinggi tersebut. Demikian pula halnya dengan Stephen K. Scout
yang dikenal sebagai milyader Amerika Serikat itu. Ketika sekolah dulu, ia
tidak dikenal dan biasa-biasa saja. Kini dia bergerak di bidang bisnis
pemasaran yang terkenal di negeri Paman
Sam itu.
Adam Malik yang
dikenal lincah dan cerdik itu hanya bermodal ijazah SMP dan membawa mesin ketik
butut ketika sampai di Jakarta. Dengan kemauan dan kecerdasan emosinya, beliau
bergerak dan berkembang di bidang jurnalistik. Dari sini beliau terus
mengembangkan diri dan dalam perjalanan karirnya sampai pada keberhasilan
menjadi Meteri Luar Negeri dan Ketua MPRS
Berkaitan dengan
pengembangan kecerdasan emosi ini, Purdi E. Chandra yang sukses dengan
Primagamanya itu pernah mengatakan :” Untuk menjadi entreupreneur sejati tidak perlu IP tinggi, ijasah, apalagi modal
uang. Saat yang paling tepat itu justru pada saat kita tak punya apa-apa. Pakai
ilmu street smart saja.Kemampuan otak
kanan yang kreatif dan inovatif sudah memadai. Banyak orang ragu berbisnis cuma
gara-gara terlalu pintar. Sebaliknya orang yang oleh guru formal dianggap bodoh
karena nilainya jelek, justru jadi wirausahawan yang sukses (Berwirausaha edisi
2 tahun 1/2002). Bahkan T. Kiyosaki secara ekstrim mengatakan :”If you to be
rich and happy, don’t go to school”
Kecerdasan emosi dapat
dikembangkan menjadi soft skill. Yakni kemampuan yang tidak kasat mata yang
berupa ketelatenan, kesabaran, kemampuan adaptasi, dan tahan terhadap stress
yang menimpanya. Kemampuan ini memang tidak bisa dilihat, tidak bisa diukur,
dan tidak pernah diperoleh melalui bangku sekolah maupun kursi kuliah.
Kemampuan soft skill ini dapat diperoleh melalui organisasi, dunia kerja,
bermasyarakat, maupun komunitas lain. Semakin banyak interaksi seseorang terhadap
berbagai komunitas, maka akan semakin baik soft
skill seseoraang.
Soft skill ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori
yakni yang disebut dengan intrapersonal
skill dan interpersonal skill. Intrapersonal skill adalah sesuatu yang
berkaitan dengan kemampuan seseorang mengenai diri sendiri, memotivasi diri,
ambisi, dan bekerja keras. Kemudian interpersonal
skill lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan
orang lain seperti empati, kepemimpinan, kemampuan bernegoisasi, memotivasi,
dan mengarahkan orang lain (M.
Sholekhudin, 2006).
Lasa Hs
Perpustakaan UMY
0 Komentar